Total Pageviews

Monday, October 10, 2011

PENGERTIAN BANJIR DAN KAITANNYA TERHADAP LINGKUNGAN

 Pengertian Sedimentasi
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu, sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi menghasilkan pertambahan lahan pesisir ke arah laut.
Sedimentasi di suatu lingkungan pantai terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi di lingkungan pantai tersebut. Suplai muatan sedimen yang sangat tinggi yang menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan yang dibawa ke laut melalui aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah aliran sungai yang meningkatkan erosi permukaan merupakan faktor utama yang meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skala yang lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang pantai.
Karakteristik sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus selama suplai muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung. Perubahan laju sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik di daerah aliran sungai terkait. Pembukaan lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapat meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya, pembangunan dam atau pengalihan aliran sungai dapat merubah kondisi sedimentasi menjadi kondisi erosional.
Bila sedimentasi semata-mata karena tranportasi muatan sedimen sepanjang pantai, laju sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan sedimentasi yang mendapat suplai muatan sedimen dari daratan. Proses sedimentasi berlangsung perlahan dan terus menerus selama suplai muatan sedimen yang banyak dari daratan masih terus terjadi. Proses sedimentasi berhenti atau berubah menjadi erosi bila suplai muatan sedimen berkurang karena pembangunan dam atau pengalihan alur sungai. (http://arielaut.wordpress.com/2010/04/21/proses-sedimentasi-yang-terjadi-pada-muara-sungai-cimanuk-indramayu/)

PENGERTIAN BANJIR
Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan sering muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di dunia.( http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir)

PENYEBAB BANJIR.
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah.
Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, mengapa bisa alami??? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah-tanah yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan-pertemuan sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
Itu faktor penyebab yang alami…. sekarang kita tengok yang tidak alami atau akibat dari perubahan
Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi :
Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri.
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan. (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/02/faktor-penyebab-banjir/)

PENANGGULANGAN BANJIR
Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir. Pertama, memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir. Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai, mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus akrab melanda permukiman warga. Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir. Pertama, metode struktur, yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepi sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai, sistem polder, serta pemangkasan penghalang aliran.
Anggaran tak seimbang Dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku kepentingan (stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada kesepakatan politik dari pemerintah, yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir secara hibrida, dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan non-struktur secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam implementasinya, penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih sangat sektoral, alokasi anggaran antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir metode struktur alias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran metode nonstruktur yang lebih berbasis masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis masyarakat tidak kalah pentingnya. Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem evakuasi banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi, pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan limbah ke sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan konservasi. (http://situsdownload.com/cara-mudah-cepat/cara-penanggulangan-banjir.html)

DAMPAK BANJIR

Dampak primer

Dampak sekunder

  • Persediaan airKontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
  • Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
  • Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
  • Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
  • Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.

Dampak tersier/jangka panjang

  • Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll. (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir)

BANJIR TERBESAR DI JAKARTA
Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.
Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007. (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007)

DAMPAK BANJIR BAGI PEREKONOMIAN
Banjir besar yang melanda Jakarta pada awal Februari lalu memang masih banyak menyisakan cerita sedih. Korban yang kehilangan nyawa yang mencapai puluhan orang, serta harta benda yang ludes tak terhitung lagi. Kesedihan dan kepedihan para korban banjir sudah tak terperikan. Satu hal lagi, banjir juga memberikan dampak yang dahsyat terhadap kegiatan ekonomi. Apalagi, banjir yang terjadi di Ibu Kota juga menerjang daerah-daerah sentra ekonomi dan bisnis, seperti kawasan segitiga emas dan Kelapa Gading.
Jakarta sebagai pusat perekonomian nasional sempat lumpuh sejenak. Sampai saat ini pun dirasakan masih jauh dari pulih. Dampak yang terjadi begitu dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Mereka menyatakan bahwa banjir selama lima hari tidak hanya memangkas potensi pendapatan, tapi juga merugikan perusahaan.
PT Kereta Api Indonesia, misalnya, mengklaim kehilangan pendapatan Rp 5 miliar, Pertamina Rp 100 miliar, PT Pos Indonesia Rp 60 miliar, dan PT Telkom Rp 1,5 miliar. Belum lagi kerugian ekspor karena barang yang akan diekspor tertahan, yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 273 ribu per hari. Asuransi juga harus menanggung klaim yang diperkirakan lebih dari Rp 1,8 triliun. Dan yang jelas, Bappenas memperkirakan potensi kerugian akibat banjir kali ini mencapai sekitar Rp 4,1 triliun.
Dari catatan Menteri Perindustrian, 23 perusahaan yang berhenti beroperasi. Sebagian kantor mereka ada yang terendam, tak mendapat aliran listrik, dan ada karyawannya tidak masuk kerja lantaran kebanjiran. Belum lagi industri kecil. Contohnya di sentra tekstil Cipulir sekitar 560 unit usaha berhenti beroperasi, 2.100 unit usaha mebel dan furnitur ditutup karena terendam.
Semua perusahaan terkena dampak banjir, terutama pengusaha kecil, akan terseok-seok untuk bangkit kembali. Sebab, lazimnya, mereka tidak memiliki uang tabungan dalam jumlah besar. Tak salah jika perbankan berinisiatif memberikan keringanan bagi para debitor yang terkena dampak bencana banjir.
Ada pula dampak ekonomi ikutan yang langsung dirasakan masyarakat. Harga kebutuhan rumah tangga naik 30%. Kenaikan ini terjadi karena pasokan dan distribusi barang tidak lancar akibat terkendala banjir. Laju inflasi juga naik, khususnya di Jakarta. Belum lagi kemungkinan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Dapat dipastikan pula, bagi usaha-usaha kecil sementara waktu akan mengistirahatkan karyawannya hingga kondisi usahanya benar-benar stabil kembali.
Dalam skala yang lebih luas, maka banjir kali ini akan membengkakkan angka pengangguran dan kemiskinan. Ratusan ribu orang yang terkena banjir, sebagian besar adalah rakyat kalangan bawah. Sehingga, akibat banjir, mereka akan masuk dalam deretan orang-orang miskin.
Melihat kondisi tersebut, tak ada jalan lain, dalam jangka pendek Jakarta harus segera dipulihkan. Berapa pun anggarannya, harus disediakan. Itu merupakan sebuah konsekuensi logis. Pemulihan Jakarta merupakan bagian dari pemulihan ekonomi yang sampai kini masih belum seperkasa sebagaimana sebelum krisis ekonomi dekade silam. (http://www.majalahtrust.com/indikator/surat/1157.php)





No comments:

Post a Comment